Ujian Sekolah Jadi Pengganti Ujian Nasional untuk Siswa SD
TRIBUN.COM, JAKARTA -
Wakil Menteri Bidang Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Musliar Kasim, mengimbau para siswa sekolah dasar tidak malas belajar
untuk menghadapi Ujian Sekolah/Madrasah (USM) sebagai pengganti Ujian
Nasional (UN).
Tahun ini UN 2014 untuk tingkat Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah ditiadakan. Nantinya, hasil USM tersebut akan digunakan
sebagai tolok ukur untuk dapat menempuh ke jenjang berikutnya, yakni
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Nilai US akan digunakan untuk
diterima masuk sekolah. Karena itu, siswa tak boleh malas. Kalau US-nya
rendah, dia tak bisa masuk ke sekolah favorit yang dituju," kata
Musliar, Jumat (14/3/2014).
Musliar menuturkan, peniadaan
pelaksaan UN 2014 terkait dengan pendidikan dasar 9 tahun yang
dicanangkan pemerintah. Pendidikan dasar dan menengah, dalam hal ini SD
dan SMP, dianggap merupakan kesatuan pendidikan yang berkesinambungan.
Sementara
itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang)
Kemendikbud, Furqon, mengatakan USM merupakan pengalihfungsian UN di
tingkat SD. "Ujian US dengan UN itu sama fungsinya, hanya beda pada
pembuatannya. Jika UN dibuat dengan dikoordinir oleh pemerintah secara
nasional, UN dikoordinasi oleh provinsi, namun tetap dengan kisi-kisi
yang dibuat secara nasional," katanya.
Nantinya, untuk kelulusan
siswa nantinya, lanjut Furqon, akan diserahkan sepenuhnya kepada tingkat
satuan pendidikan, dalam hal ini adalah oleh pihak sekolah. Sedangkan
untuk teknis pelaksanaannya, Plt Kepala Puspendik Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Nizam, lain lagi
.
"Pemerintah pusat akan menitip
25 persen soal pada masing-masing tiga mata pelajaran, yakni Bahasa
Indonesia, Matematika dan Sains. Kita titipkan itu untuk pemetaan
kompetensi secara nasional," ujarnya.
Nizam mengatakan, hasil
akhir pemetaan itu nantinya digunakan oleh kementerian untuk melakukan
pembinaan. Pembinaan dibutuhkan jika ada sekolah memiliki kompetensi
rendah pada bidang tertentu.
"Misalnya, rata-rata satu sekolah
memiliki nilai Bahasa Indonesia 7, tapi kemampuan membaca essai rendah.
Nanti kita cari sebabnya, apakah karena gurunya kurang menguasai atau
karena bahan bacaan mereka kurang. Tapi, kalau ternyata gurunya kurang
menguasai, nanti kita adakan pembinaan baik di tingkat sekolah, provinsi
atau nasional," pa
EmoticonEmoticon